Rabu, 06 Januari 2010

dance in the world...... part 3

Sedikit Tentang Tarian SAMAN


//www.waspada.co.id/Ragam/Foto/
Tarian SAMAN saat hari Kebangkitan Nasional

Tari Saman adalah salah satu tarian daerah Aceh yang paling terkenal saat ini. Tarian ini berasal dari dataran tinggi Gayo. Pada masa lalu, Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa – peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Pada kenyataannya nama “Saman” diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman.

Tari Saman biasanya ditampilkan menggunakan iringan alat musik, berupa gendang dan menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah.

Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.

Tarian ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring.

Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawak/ditarikan oleh kaum pria, tetapi perkembangan sekarang tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari wanita. Tarian ini ditarikan kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.[wiki]


TARIAN TRADISIONAL JAWA

Di masa yang lalu, Tarian Jawa semata-semata hanya dipertunjukkan pada istana untuk keluaga kerajaan. Sekarang, seluruh anak-anak dari Solo sudah dapat belajar menari pada sewaktu-waktu. bahkan di seluruh Indonesia sampai ke manca negara Tarian traditional ini bisa dipelajari. Berbeda dengan budaya dari luar negeri yang lebih mengandalkan musik tekno (DJ School). Selain sebagai sarana untuk mengembangkan bakat & seni tarian juga sebagai sarana kesehatan (Alat Fitness) atau olahraga.

Hampir semua penari memakai pakaian batik yang sangat indah dan sering memakai perhiasan dikepala yang luar biasa indah dan menarik.Beberapa jenis tarian yang terkenal, yaitu Tari Bedhoyo Ketawang dan Tari Srimpi.

Tari Bedhoyo Ketawang dipertunjukkan oleh sembilan wanita hanya sekali setahun pada upacara peringatan penobatan raja, merupakan tarian di istana yang sakral di kraton Solo terkenal sejak awal abad ke-17.

Pencipta tarian Bedhoyo Ketawang adalah Sultan Agung (1613-1645) raja pertama terbesar dari kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut selatan yang juga disebut Kanjeng Ratu Kidul. Sebelum tari ini diciptakan, terlebih dahulu Sultan Agung memerintahkan para pakar gamelan untuk menciptakan sebuah gendhing yang bernama Ketawang. Konon penciptaan gendhingpun menjadi sempurna setelah Sunan Kalijaga ikut menyusunnya. Tarian Bedhoyo Ketawang tidak hanya dipertunjukan pada saat penobatan raja yang baru tetapi juga pertunjukan setiap tahun sekali bertepatan dengan hari penobatan raja atau "Tingalan Dalem Jumenengan"

Bedhoyo Ketawang tetap dipertunjukkan pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwana ke-XII (sekarang), hanya saja sudah terjadi pergeseran nilai filosofinya. Pertunjukan Bedhoyo Ketawang sekarang telah mengalami perubahan pada berbagai aspek, walapun bentuk tatanan pertunjukannya masih mengacu pada tradisi ritual masa lampau. Namun nilainya telah bergeser menjadi sebuah warisan budaya yang nilai seninya dianggap patut untuk dilestarikan. Busana Tari Bedhoyo Ketawang menggunakan Dodot Ageng dengan motif Banguntulak alas-alasan yang menjadikan penarinya terasa anggun.

Bedaya merupakan tari kelompok dengan komposisi 9 (sembilan) orang penari puteri.

Komposisi ini mengandung cerita tertentu yang sangat simbolik dan tidak menggunakan dialog. Gerak-geraknya sangat halus dan lembut.

Komposisi 9 mempunyai nama sendiri-sendiri yaitu Batak, Jangga, Dada, Buncit, Apit Ngajeng, Apit Wingking, Endel pojok, Endel Weton Ngajeng, endel Weton Wingking.

Tari Srimpi lebih pelan, terkendali, gerakan selaras, khususnya pada lengan, tangan, jari, dan kepala, diilhami oleh air tenang yang mengalir.

Tarian srimpi sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.

Sesungguhnya sajian Tarian Jawa srimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan semata, akan tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan sebagai bekal bagi kematian Belanda, karena kata sangopati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu pistol-pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan peluru yang sebenarnya. Ini dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penaripun telah siap mengorbankan jiwanya. Maka ini tampak jelas dalam pemakaian “sampir” warna putih yang berarti kesucian dan ketulusan.Pakubuwono IX terkenal sebagai raja amat berani dalam menentang pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa wilayah Indonesia ketika itu.

Kehalusan dan kegaiban dari dua tarian agung ini sekarang bisa dilihat oleh masyarakat umum, dapat dilihat pada pertunjukan di kraton, terdapat suasana yang asli dan gaib.

dance in the world......


Karya ini merupakan refleksi tentang keresahan koreografer sebagai manusia yang mencoba peduli terhadap persoalan hutan sebagai bagian dari alam semesta yang bukan hanya akan digunakan tetapi juga dijaga dan dilestarikan.

Gerak tubuh yang di lakukan penari dan artistik yang hadir dalam karya ini berasal dari apa yang di temui koreografer selama melakukan perjalan di hutan kalimantan dan belajar beberapa tarian Kalimantan.
Koreografer melihat, mendengar dan berfikir yang kemudian mencoba untuk berbuat sesuatu untuk menyampaikan kesan dan pesan tentang keresahannya melalui karya tari Pe-Thoi.

Berikut ini Para Seniman yang mengikuti pentas tersebut:
1. Bobby Aris Setyawan Sebagai Koreografer dan Penari
2. Dedy Satya Amijaya Sebagai Penari
3. Danang Sebagai Penari
4. Ayu Sebagai Penari
5. Gambuh Sebagai Penari
6. Ardana Sebagai Penari
7. Dan Safrina Sebagai Penari

Tarian tersebut dipilih untuk mengisi acara Kahati Award 2009 di Gedung Perfilman Jakarta Selatan tanggal 26 May 2009.